Rabu, 24 Desember 2008
Markas besar MILAN pertama kali didirikan di 'Fiaschetteria Toscana' di Via Berchet di Milan, pada tahun 1899. Dari momen itulah sebuah sejarah besar tentang klub sepakbola AC Milan, untuk lahir sebagai klub yang menorehkan namanya dalam buku rekor sepakbola, khususnya pada 15 tahun terakhir, menjadi satu dari tim paling terkenal dan tersukses di dunia. Sejarah Rossoneri diukir oleh nama-nama legendaris yang telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan klub, baik mereka adalah seorang presiden, pelatih, maupun pemain. Presiden pertama AC Milan adalah ekspatriat asal Inggris, Alfred Edwards, yang memberikan kemenangan kejuaraan untuk pertama kalinya, yang terjadi 2 tahun setelah pendirian klub. Presiden dengan paling banyak meraih kejuaraan adalah Silvio Berlusconi yang mengambil alih MILAN mencapai puncak permainan di dunia, pada tahun 1986. Sebuah tim besar membutuhkan pelatih yang hebat, dan Milan tentu saja telah mendapatkan ilmu dari talenta pelatih yang luar biasa. Mereka-mereka adalah Gipo Viani, Nereo Rocco, dan Nils Liedholm adalah allenatore pada awal-awalnya, dan diikuti oleh Arrigo Sacchi dan Fabio Capello yang menggunakan taktik dan strategi pada tingkat yang baru, yang digembar-gemborkan sebagai tim dengan penerapan sepakbola modern dalam permainannya. Seiring perjalanannya, masing-masing orang yang terlibat didalamnya juga meyakinkan publik untuk selalu memainkan sepakbola yang spektakuler. Orang yang mengantarkan Milan pada era Berlusconi adalah Sacchi dan dilanjutkan oleh Capello yang memenangkan berbagai trophy kejuaraan. Sacchi memenangkan kembali Piala Eropa (Champions League, sekarang) dengan sebuah tim yang dianggap tim paling hebat dalam sejarah, atau dikenal dengan sebutan "The Dream Team". Juga meraih titel Serie A, Intercontinental dan European Super Cup. Capello mengikutinya dengan 4 gelar juara Liga, 1 Piala Champions, dan 1 Piala Super Eropa. Alberto Zaccheroni menjaga tradisi juara, dengan memimpin tim ini mendapatkan 1 gelar juara liga pada awal tahun kepemimpinannya, sebelum pelatih asal Turki, Fatih Terim, mengambil alih pada periode singkat dan melepaskan kendali tim kepada Carlo Ancelotti. Dengan skill manajerialnya, membawa Milan kembali ke puncak tertinggi di Italia maupun Eropa
Jumat, 05 Desember 2008
Nenek Moyang Bola
Sekitar empat tahun lalu saat sepakbola Piala Eropa 96 berlangsung di Inggris, banyak orang bilang sepakbola itu berasal dari Inggris. Mungkin banyak orang percaya. Lagipula, koran-koran Eropa saat itu juga ramai dan gegap gempita menulis, “Sepakbola kembali ke tanah leluhurnya!’’Tapi konon kata filsuf atau siapalah, credo ergo sum (saya percaya maka saya ada) itu baru cespleng jika dilengkapi cogito ergo sum (saya mengerti maka saya ada) berbareng dubio ergo sum (saya meragu maka saya ada). Maka kita pun mencari berbagai sumber lain. Dan, bisa kita temukan aneka info yang berbeda.Inggris cikal bakal sepakbola? Itu betul, jika awal sejarah bola dimulai akhir abad ke-19, saat Inggris pada 8 Desember 1863 meresmikan Football Association dengan segala aturan mainnya di Freemasons Tavern, Great Queen Street, London.
Kenyataan, sepakbola (dan atau bola dalam pengertian luas) adalah hasil proses panjang peradaban yang bisa ditelusuri di banyak tempat di bumi sejak sebelum Masehi. Maka jika Inggris pada 1996 itu dengan bangga pasang slogan Euro 96 - Football Comes Homes - apakah bukan kebanggaan berlebihan? Sebab permainan bola itu sudah amat tua.Era Mesir purba, misalnya, sudah mengenal bola dengan kain linen. Ini masih tersimpan di museum Inggris. Berbagai relief dinding di museum menunjukkan, permainan bola juga sudah dikenal di peradaban Yunani purba disebut episcuro.
Pada relief itu terlukis anak muda memegang bola bundar dan memainkannya dengan paha. Sekitar abad kedua, episcuro hijrah ke Roma dan peradaban Romawi menyebutnya harpastum.Konon Julius Caesar suka permainan itu. Tapi Horatius dan Virgilius meremehkannya. Ovidius menyebut permainan itu brutal kasar mendekati biadab, maka tak cocok buat perempuan.Sampai abad ke-9 para intelektual era Yunani-Romawi tak sudi menyebut-nyebut permainan bola. Dianggap tidak bermutu. Tapi politik kolonial Romawi dalam rangka meluaskan kekuasaannya membawa serta permainan itu, sebagai “barang’’ sampingan, ke Eropa luar daratan alias Inggris. Jadi, bahkan hanya dalam bingkai Eropa dan sekitarnya, bola itu ternyata budaya impor bagi Inggris. Sifat impora itu makin menonjol jika kita telusuri keberadaan bola di belahan bumi yang lain.Di luar Eropa, sebelum Masehi di peradaban Aztek, Amerika Latin sudah mengenal bola. Di Tiongkok permainan bola sudah dikenal sejak 206 SM, disebut Tsu Chu, dan tersimpan di dokumen militer setebal 25 bab, pada zaman Dinasti Han. Tsu berarti “menghantam bola dengan kaki’’. Chu berarti “bola yang dibuat dari kulit dan diisi’’. Juga diinformasikan, pada 50 SM sudah ada tim bola Tiongkok yang berlatih di Jepang. Permainan itu penuh variasi permainan kaki, semacam sepakbola. Yang jelas, pada abad ke-5 di Tiongkok dipastikan sudah terdapat permainan bola bundar diisi rambut. Informasi sejarah bola dari Tiongkok itu bisa ditelusuri dari tulisan Li Ju, yang tersimpan di Museum Muenchen, Jerman.Di Jepang, permainan bola sudah dikenal sejak abad ke-8. Itu disebut Kemari; konon masih eksis sampai sekarang. Bola itu bundar berisi udara, dibuat dari kulit kijang. Kemari itu bersangkut-paut dengan iman dan adat. Pemainnya delapan orang, berpakaian adat, bola tak boleh jatuh ke tanah. Bola dianggap matahari. Jika ia jatuh, akan terjadi bencana kegelapan - gelap dalam arti luas.Dalam pada itu, di Eropa daratan sendiri, bola baru dikenal pada abad ke-13, pada 1254, di Florence. Ia dianggap cikal bakal sepakbola modern. Sebab permainan itu, disebut calcio, sudah mengenal dua gawang dan jumlah pemain lima orang. Dalam perkembangan kemudian, jumlah pemain meningkat jadi 11 orang. Saat itu sudah dikenal strategi permainan 1-2-3-5 yang mengambil alih strategi bertahan kavaleri. Itulah yang selanjutnya menjadi sistem sepakbola “konvensional’’.Permainan bola pada abad ke-13 dari Florence itu menjalar ke berbagai negara Eropa lain. Salah satunya Inggris. Khalayak antusias. Tapi sisi lain antusiasme adalah kerusuhan. Akibatnya, Raja Edward II pada 1314 melarang calcio tersebut.
Oleh sang raja, calcio disebut football alias bola sepak atau sepakbola. Siapa masih main bola dengan kaki, demikian sabda sang paduka, akan dipenjarakan.
Larangan itu membuat sibuk para ahli pikir. Ditafsirkan, kaki itu di tempat rendah, pantas jika dilarang. Jadi yang rendah itu harus ditinggikan. Maka uthak-athuk pikir itu lalu melahirkan permainan bola sundul, dengan kepala. Ini juga bikin heboh. Paling seru terjadi pada 1321. Akibatnya, ia juga dilarang!
Sekitar empat tahun lalu saat sepakbola Piala Eropa 96 berlangsung di Inggris, banyak orang bilang sepakbola itu berasal dari Inggris. Mungkin banyak orang percaya. Lagipula, koran-koran Eropa saat itu juga ramai dan gegap gempita menulis, “Sepakbola kembali ke tanah leluhurnya!’’Tapi konon kata filsuf atau siapalah, credo ergo sum (saya percaya maka saya ada) itu baru cespleng jika dilengkapi cogito ergo sum (saya mengerti maka saya ada) berbareng dubio ergo sum (saya meragu maka saya ada). Maka kita pun mencari berbagai sumber lain. Dan, bisa kita temukan aneka info yang berbeda.Inggris cikal bakal sepakbola? Itu betul, jika awal sejarah bola dimulai akhir abad ke-19, saat Inggris pada 8 Desember 1863 meresmikan Football Association dengan segala aturan mainnya di Freemasons Tavern, Great Queen Street, London.
Kenyataan, sepakbola (dan atau bola dalam pengertian luas) adalah hasil proses panjang peradaban yang bisa ditelusuri di banyak tempat di bumi sejak sebelum Masehi. Maka jika Inggris pada 1996 itu dengan bangga pasang slogan Euro 96 - Football Comes Homes - apakah bukan kebanggaan berlebihan? Sebab permainan bola itu sudah amat tua.Era Mesir purba, misalnya, sudah mengenal bola dengan kain linen. Ini masih tersimpan di museum Inggris. Berbagai relief dinding di museum menunjukkan, permainan bola juga sudah dikenal di peradaban Yunani purba disebut episcuro.
Pada relief itu terlukis anak muda memegang bola bundar dan memainkannya dengan paha. Sekitar abad kedua, episcuro hijrah ke Roma dan peradaban Romawi menyebutnya harpastum.Konon Julius Caesar suka permainan itu. Tapi Horatius dan Virgilius meremehkannya. Ovidius menyebut permainan itu brutal kasar mendekati biadab, maka tak cocok buat perempuan.Sampai abad ke-9 para intelektual era Yunani-Romawi tak sudi menyebut-nyebut permainan bola. Dianggap tidak bermutu. Tapi politik kolonial Romawi dalam rangka meluaskan kekuasaannya membawa serta permainan itu, sebagai “barang’’ sampingan, ke Eropa luar daratan alias Inggris. Jadi, bahkan hanya dalam bingkai Eropa dan sekitarnya, bola itu ternyata budaya impor bagi Inggris. Sifat impora itu makin menonjol jika kita telusuri keberadaan bola di belahan bumi yang lain.Di luar Eropa, sebelum Masehi di peradaban Aztek, Amerika Latin sudah mengenal bola. Di Tiongkok permainan bola sudah dikenal sejak 206 SM, disebut Tsu Chu, dan tersimpan di dokumen militer setebal 25 bab, pada zaman Dinasti Han. Tsu berarti “menghantam bola dengan kaki’’. Chu berarti “bola yang dibuat dari kulit dan diisi’’. Juga diinformasikan, pada 50 SM sudah ada tim bola Tiongkok yang berlatih di Jepang. Permainan itu penuh variasi permainan kaki, semacam sepakbola. Yang jelas, pada abad ke-5 di Tiongkok dipastikan sudah terdapat permainan bola bundar diisi rambut. Informasi sejarah bola dari Tiongkok itu bisa ditelusuri dari tulisan Li Ju, yang tersimpan di Museum Muenchen, Jerman.Di Jepang, permainan bola sudah dikenal sejak abad ke-8. Itu disebut Kemari; konon masih eksis sampai sekarang. Bola itu bundar berisi udara, dibuat dari kulit kijang. Kemari itu bersangkut-paut dengan iman dan adat. Pemainnya delapan orang, berpakaian adat, bola tak boleh jatuh ke tanah. Bola dianggap matahari. Jika ia jatuh, akan terjadi bencana kegelapan - gelap dalam arti luas.Dalam pada itu, di Eropa daratan sendiri, bola baru dikenal pada abad ke-13, pada 1254, di Florence. Ia dianggap cikal bakal sepakbola modern. Sebab permainan itu, disebut calcio, sudah mengenal dua gawang dan jumlah pemain lima orang. Dalam perkembangan kemudian, jumlah pemain meningkat jadi 11 orang. Saat itu sudah dikenal strategi permainan 1-2-3-5 yang mengambil alih strategi bertahan kavaleri. Itulah yang selanjutnya menjadi sistem sepakbola “konvensional’’.Permainan bola pada abad ke-13 dari Florence itu menjalar ke berbagai negara Eropa lain. Salah satunya Inggris. Khalayak antusias. Tapi sisi lain antusiasme adalah kerusuhan. Akibatnya, Raja Edward II pada 1314 melarang calcio tersebut.
Oleh sang raja, calcio disebut football alias bola sepak atau sepakbola. Siapa masih main bola dengan kaki, demikian sabda sang paduka, akan dipenjarakan.
Larangan itu membuat sibuk para ahli pikir. Ditafsirkan, kaki itu di tempat rendah, pantas jika dilarang. Jadi yang rendah itu harus ditinggikan. Maka uthak-athuk pikir itu lalu melahirkan permainan bola sundul, dengan kepala. Ini juga bikin heboh. Paling seru terjadi pada 1321. Akibatnya, ia juga dilarang!
asromaniac
19-09-2007, 07:31 PM
Rupanya, sejarah bola itu penuh larangan. Pada 1398 bola dilarang Raja Richard II. Para raja lain yang melarang adalah Edward III dan Henry IV. Patung Skotlandia bertahun 1457 dan 1491 mengabadikan larangan permainan bola itu.
Deret panjang larangan itu agaknya sesuai dengan spirit zamannya, feodal, yang njlimet dalam perkara keanggunan olahraga para ksatria yang penuh aturan. Permainan bola dianggap kampungan tanpa aturan. Tapi, ia amat populer! Ia dikhawatirkan bisa menggeser popularitas olahraga ksatria, panahan yang mulia. Agar tak mengganggu, dilarang!
Perkembangan bola di Inggris antara abad ke-15 sampai ke-19 saat Football Association (FA) diproklamasikan, rupanya tersendat dan suram. Ia ibarat sosok haram di mata kekuasaan, berulang-ulang dilarang dan didiskreditkan. Sebab dianggap kampungan, ia juga dijauhi sirkuit istana dan bangsawan serta lingkungan orang “baik-baik’’.
Toh, abad ke-19 memang mencatat Inggris sebagai pengolah sepakbola yang serius. Pada abad itu cukup banyak klub sepakbola di lingkungan sekolah, sekalipun masih penuh kontroversi. Dikatakan, sepakbola itu tak lebih dari variasi dan atau penemuan kebetulan yang berasal dari rugbi.
Tapi fanatikus sepakbola menyebut rugbi berasal dari sepakbola. Mana benar? Tak jelas. Yang pasti, sepakbola dan rugbi di Inggris adalah perkembangan lanjut permainan bola Yunani-Romawi masa silam yang karena alasan-alasan feodal “hidup tidak, mati tak mau’’ yang kemudian dihidupkan kembali.
Dalam konteks klub-klub sepakbola di lingkungan sekolah di awal abad ke-19 itu, aturan main sepakbola amat beragam, tergantung sekolah, hingga kerap kisruh. Maka usaha mencari kesepakatan aturan main dicetuskan pada 1843 di Universitas Cambridge. Mulai 1846 kesepakatan Cambridge dipakai secara meluas di Inggris. Lalu, sejarah bola di Inggris pun pada gilirannya memuncak dengan kelahiran Football Association pada 1863.
Bahkan sampai menjelang Football Association sebagai tonggak sejarah sepakbola dilahirkan, larangan sepakbola di Inggris masih berlangsung. Misalnya, pada 1847 di Derby dan pada 1860 di Ashbourne. Sejarah bola modern mencatat kerusuhan di Heysel, Belgia, yang membuat Inggris putus hubungan dengan sepakbola Eropa.
Tapi rupanya tiap kesalahan selalu bisa diobati. Entah dengan apa. Yang jelas, akhirnya Inggris bukan cuma tak dilarang ikut main bahkan memperoleh kesempatan jadi tuan rumah yang menyelenggarakan sepakbola Piala Eropa pada 1996.
Kelahiran perhimpunan sepakbola yang berwibawa tetap tak bisa jadi fondasi untuk menyebut Inggris cikal bakal bola, mengingat bukti-bukti historis bola sejagat yang telah diutarakan tadi. Toh kenyataan, sampai kini masih banyak orang mengira Inggris cikal bakal sepakbola. Itu akibat politik budaya kolonial. Di era jaya kolonialisme, Inggris jadi penakluk mendunia. Di semua kawasan jajahan penguasa adalah segalanya, bisa mendikte apa saja, termasuk olahraga.
Maka jika diajarkan sepakbola berasal dari Inggris, semua kawasan jajahan patuh. Itulah genesis mitos Inggris sebagai cikal bakal sepakbola. Mitos yang langsung dikunyah lahap oleh sistem cara pikir kaum taklukan. Jika cara pikir itu bebas dari mitos berkat sedikit kesadaran historis, maka dengan tenang bisa dikatakan, meski Inggris bukan cikal bakal sejati sepakbola, toh dunia perlu berterima kasih. Sebab di Inggris itulah persepakbolaan “dimasak’’ secara serius, sehingga “main-main dengan bola’’ itu jadi sepakbola dalam wujudnya yang sekarang.
ternyata sejarah tentang sepakbola bener2 kompleks. mulai dari asal muasal permainan hingga negara/tempat sepakbola itu ditemukan.
Deret panjang larangan itu agaknya sesuai dengan spirit zamannya, feodal, yang njlimet dalam perkara keanggunan olahraga para ksatria yang penuh aturan. Permainan bola dianggap kampungan tanpa aturan. Tapi, ia amat populer! Ia dikhawatirkan bisa menggeser popularitas olahraga ksatria, panahan yang mulia. Agar tak mengganggu, dilarang!
Perkembangan bola di Inggris antara abad ke-15 sampai ke-19 saat Football Association (FA) diproklamasikan, rupanya tersendat dan suram. Ia ibarat sosok haram di mata kekuasaan, berulang-ulang dilarang dan didiskreditkan. Sebab dianggap kampungan, ia juga dijauhi sirkuit istana dan bangsawan serta lingkungan orang “baik-baik’’.
Toh, abad ke-19 memang mencatat Inggris sebagai pengolah sepakbola yang serius. Pada abad itu cukup banyak klub sepakbola di lingkungan sekolah, sekalipun masih penuh kontroversi. Dikatakan, sepakbola itu tak lebih dari variasi dan atau penemuan kebetulan yang berasal dari rugbi.
Tapi fanatikus sepakbola menyebut rugbi berasal dari sepakbola. Mana benar? Tak jelas. Yang pasti, sepakbola dan rugbi di Inggris adalah perkembangan lanjut permainan bola Yunani-Romawi masa silam yang karena alasan-alasan feodal “hidup tidak, mati tak mau’’ yang kemudian dihidupkan kembali.
Dalam konteks klub-klub sepakbola di lingkungan sekolah di awal abad ke-19 itu, aturan main sepakbola amat beragam, tergantung sekolah, hingga kerap kisruh. Maka usaha mencari kesepakatan aturan main dicetuskan pada 1843 di Universitas Cambridge. Mulai 1846 kesepakatan Cambridge dipakai secara meluas di Inggris. Lalu, sejarah bola di Inggris pun pada gilirannya memuncak dengan kelahiran Football Association pada 1863.
Bahkan sampai menjelang Football Association sebagai tonggak sejarah sepakbola dilahirkan, larangan sepakbola di Inggris masih berlangsung. Misalnya, pada 1847 di Derby dan pada 1860 di Ashbourne. Sejarah bola modern mencatat kerusuhan di Heysel, Belgia, yang membuat Inggris putus hubungan dengan sepakbola Eropa.
Tapi rupanya tiap kesalahan selalu bisa diobati. Entah dengan apa. Yang jelas, akhirnya Inggris bukan cuma tak dilarang ikut main bahkan memperoleh kesempatan jadi tuan rumah yang menyelenggarakan sepakbola Piala Eropa pada 1996.
Kelahiran perhimpunan sepakbola yang berwibawa tetap tak bisa jadi fondasi untuk menyebut Inggris cikal bakal bola, mengingat bukti-bukti historis bola sejagat yang telah diutarakan tadi. Toh kenyataan, sampai kini masih banyak orang mengira Inggris cikal bakal sepakbola. Itu akibat politik budaya kolonial. Di era jaya kolonialisme, Inggris jadi penakluk mendunia. Di semua kawasan jajahan penguasa adalah segalanya, bisa mendikte apa saja, termasuk olahraga.
Maka jika diajarkan sepakbola berasal dari Inggris, semua kawasan jajahan patuh. Itulah genesis mitos Inggris sebagai cikal bakal sepakbola. Mitos yang langsung dikunyah lahap oleh sistem cara pikir kaum taklukan. Jika cara pikir itu bebas dari mitos berkat sedikit kesadaran historis, maka dengan tenang bisa dikatakan, meski Inggris bukan cikal bakal sejati sepakbola, toh dunia perlu berterima kasih. Sebab di Inggris itulah persepakbolaan “dimasak’’ secara serius, sehingga “main-main dengan bola’’ itu jadi sepakbola dalam wujudnya yang sekarang.
ternyata sejarah tentang sepakbola bener2 kompleks. mulai dari asal muasal permainan hingga negara/tempat sepakbola itu ditemukan.
Milanisti
MILAN - Pupus sudah harapan Milan untuk bermain di Liga champions Musim depan..Padahal sebelumnya ada harapan buat Milan agar bisa tampil di Liga Champions musim depan, setelah CSKA Sofia dan FC Porto di coret dari UCL tersebut..
Harapan itu musnah setelah UEFA mengumumkan klo Milan ga kan maen di Liga Champions musim depan....Huhhh....sedih bangetttt..Padahal dah seneng banget setelah denger kabar klo Milan bisa maen di UCL..
Milan memang ada kesempatan untuk main di UCL musim depan karena punya posisi paling atas diantara klub-klub lain..Tapi karena jumlah klub dari Italia hanya ada empat tempat, so..Milan ga bs masuk dan hanya main di Piala UEFA..
Tapi ga papa lah...meskipun hanya di Piala UEFA tapi Milan harus terus bersemangat...
Mudah-mudahan aja bisa juara...Soalnya cuma Gelar Piala UEFA aja yang belum pernah diraih Milan sampe saat ini..
Musim depan target Scudetto bisa di raih...amin..
Buat Milanisti cayoo..kita dukung terus Milan kita...
FORZA Milan..
Langganan:
Postingan (Atom)